![]() |
| Ilustrasi Semangat Jiwa Muda Gen Z |
LintasPortal.com - Di tengah tekanan ekonomi global dan kenaikan harga yang masih membayangi, perilaku belanja masyarakat Indonesia justru menunjukkan fenomena menarik. Generasi Z (Gen Z) disebut memainkan peran penting dalam menjaga roda perekonomian nasional tetap berputar hingga 2026.
Saat banyak indikator ekonomi makro melemah, seperti konsumsi rumah tangga, impor bahan baku, hingga konsumsi listrik industri, pola belanja Gen Z justru bergerak ke arah yang berbeda. Generasi muda ini tetap aktif membelanjakan uangnya, khususnya untuk belanja pengalaman atau experiential spending.
Associate Professor of Marketing sekaligus Director of Research and Community Service Perbanas Institute, Patria Laksamana, menilai tren ini menjadi penopang penting ekonomi Indonesia ke depan. Belanja pengalaman Gen Z mencakup wisata, gaya hidup, kafe, hiburan, hingga produk premium yang bersifat terjangkau.
“Fenomena ini menarik. Di saat ekonomi tertekan, Gen Z justru tetap memprioritaskan pengalaman,” tulis Patria dalam artikelnya berjudul Pola Belanja Gen Z 2025 dan 2026: ‘Self-reward’ Tetap Jadi Prioritas Utama yang dimuat The Conversation, Selasa (23/12/2025).
Self-Reward Jadi Prioritas Gen Z
Berdasarkan ASEAN Consumer Sentiment Study (ACSS) 2025 yang dirilis UOB, Gen Z menyumbang lebih dari 50 persen total belanja ekonomi pengalaman. Padahal, jumlah Gen Z dalam survei hanya sekitar 31 persen responden, lebih kecil dibanding generasi milenial yang mencapai 42 persen.
Hal ini menegaskan kuatnya konsep experience economy di kalangan Gen Z. Mereka lebih menghargai pengalaman, emosi, dan kenangan dibandingkan kepemilikan barang semata.
Tak heran jika kafe viral, destinasi wisata populer, hingga konser artis global seperti Blackpink selalu ramai pengunjung, meski harga tiket mencapai jutaan rupiah.
Fenomena ini juga selaras dengan teori lipstick effect, yakni kecenderungan konsumen tetap membeli produk bersifat “kemewahan kecil” yang masih terjangkau, seperti kopi premium atau produk kecantikan, meski kondisi ekonomi sedang sulit.
Terlihat Boros, Tapi Sebenarnya Tetap Hemat
Meski terkesan boros, Gen Z dinilai tetap rasional dalam mengelola keuangan. Banyak dari mereka justru menunda pembelian besar, mengurangi belanja non-esensial, dan aktif mencari promo serta diskon.
Sekitar enam dari sepuluh konsumen mengaku biaya hidup meningkat dan daya beli tertekan. Namun, Gen Z tetap menjaga keseimbangan antara menabung, berinvestasi, dan menikmati hidup melalui belanja pengalaman.
Belanja pengalaman dimaknai sebagai bentuk self-reward, cara menjaga kebahagiaan, rasa kontrol, dan kualitas hidup di tengah ketidakpastian ekonomi.
Peluang Besar bagi Pelaku Usaha
Perubahan pola konsumsi Gen Z ini membuka peluang besar bagi pelaku usaha. Konsumen kini tidak hanya mencari harga murah, tetapi nilai dan makna di balik sebuah produk.
“Konsumen membeli cerita, emosi, dan pengalaman. Brand yang hanya mengandalkan diskon berisiko kehilangan relevansi,” jelas Patria.
Pelaku bisnis dituntut memperkuat value proposition, menggabungkan harga yang masuk akal dengan kualitas pengalaman, storytelling, dan keterikatan emosional.
Strategi affordable premiumisation, personalisasi berbasis data, serta pengalaman omnichannel antara online dan offline dinilai menjadi kunci untuk menarik hati Gen Z dan Generasi Alpha.
“Brand yang mampu menjawab kebutuhan emosional Gen Z akan lebih tahan terhadap gejolak ekonomi,” pungkas Patria.
Dengan jumlah yang besar dan usia produktif, Gen Z diprediksi tetap menjadi motor utama konsumsi Indonesia hingga 2026. Tak berlebihan jika kontribusi mereka layak diapresiasi.
Terima kasih Gen Z, jurus belanja pengalamanmu ikut menjaga ekonomi Indonesia tetap hidup.
