![]() |
| Gold Global Markets |
LintasPortal.com - Harga berbagai komoditas logam dunia kembali mencatatkan penguatan signifikan dalam sepekan terakhir. Kenaikan harga ini memperpanjang tren bullish komoditas logam sepanjang 2025, dengan emas dan tembaga mencetak rekor tertinggi sepanjang masa (all–time high). Sementara itu, harga nikel mulai menunjukkan pemulihan setelah tertekan cukup lama.
Penguatan harga logam mulia dan logam industri ini dipengaruhi oleh kombinasi faktor global, mulai dari kebijakan suku bunga, perkembangan artificial intelligence (AI), hingga kebijakan pemerintah Indonesia di sektor pertambangan dan industri.
Harga Emas Menguat Tajam, Didukung Dedolarisasi dan Suku Bunga Rendah
Harga emas dunia menguat sekitar 3% dalam sepekan terakhir dan sempat menembus level psikologis US$4.500 per ons pada perdagangan intraday Rabu (24/12). Meski kemudian terkoreksi, emas masih bertahan di kisaran US$4.487 per ons.
Sejak awal tahun, harga emas telah melonjak hingga +71% year to date (YTD), menjadikannya salah satu kenaikan tahunan tertinggi dalam beberapa dekade terakhir. Kenaikan ini terutama didorong oleh pembelian agresif bank sentral global yang melakukan diversifikasi cadangan devisa dan mengurangi ketergantungan pada dolar AS, atau dikenal sebagai tren dedolarisasi.
Selain itu, ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed, serta meningkatnya aliran dana ke ETF emas, turut memperkuat daya tarik emas sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian global.
Tembaga dan Timah Jadi “Proxy AI”, Harga Terus Menanjak
Harga tembaga dan timah dunia juga mencatatkan kenaikan kuat masing-masing +38% dan +47% YTD. Kedua komoditas ini semakin dipandang sebagai proxy pertumbuhan teknologi artificial intelligence (AI), mengingat perannya yang krusial dalam industri data center, semikonduktor, dan infrastruktur listrik.
Dari sisi pasokan, harga tembaga dan timah turut terdorong oleh gangguan operasional tambang, masalah perizinan, serta larangan ekspor di sejumlah negara produsen. Data Bloomberg menunjukkan bahwa pergerakan harga tembaga dan timah berkorelasi positif dengan indeks saham teknologi AS, Nasdaq, seiring meningkatnya investasi sektor teknologi global.
Aluminium Naik, Nikel Bangkit dari Tekanan
Harga aluminium tercatat naik sekitar +15% YTD, didorong oleh potensi penurunan pasokan global akibat kemungkinan penutupan smelter di Mozambik serta pembatasan produksi aluminium di China.
Sementara itu, harga nikel mencatatkan kenaikan mingguan tertinggi, melonjak +9% dalam sepekan terakhir ke level US$15.739 per ton. Kenaikan ini terjadi setelah nikel sempat menyentuh titik terendah delapan bulan di level US$14.263 per ton pada 16 Desember 2025.
Pemulihan harga nikel dipicu oleh ekspektasi pemangkasan produksi bijih nikel Indonesia pada 2026, menyusul periode kelebihan pasokan dari Indonesia dan China yang sebelumnya menekan harga pasar.
Prospek Ekonomi Indonesia: Suku Bunga Turun, Inflasi Naik Moderat
Survei konsensus ekonom Bloomberg pada Desember 2025 memperkirakan BI Rate akan turun 25 basis poin menjadi 4,5% pada akhir 1Q26, dan kembali turun menjadi 4,25% pada akhir 2Q26.
Dari sisi pertumbuhan, ekonomi Indonesia diproyeksikan tumbuh stabil di kisaran +5% YoY untuk periode 2025 hingga 2027. Secara kuartalan, pertumbuhan ekonomi 4Q25 dan 1Q26 diperkirakan masing-masing mencapai +0,8% QoQ dan +1% QoQ, lebih baik dibandingkan proyeksi sebelumnya.
Namun, inflasi Indonesia 2026 diperkirakan naik menjadi 2,75% YoY, seiring tekanan biaya, termasuk kenaikan upah minimum.
UMP 2026 di Pulau Jawa Naik
Sejumlah provinsi di Pulau Jawa telah menetapkan kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) 2026, antara lain:
- Jawa Tengah: +7,28%
- DKI Jakarta: +6,17%
- Banten: +6,74%
- Jawa Timur: +6,11%
- DI Yogyakarta: +6,78%
- Jawa Barat: +5,77%
Ekonomi AS Tumbuh Kuat, Investasi Data Center Melonjak
Ekonomi Amerika Serikat mencatatkan pertumbuhan +4,3% secara annualized pada 3Q25, tertinggi dalam dua tahun terakhir dan melampaui ekspektasi pasar. Belanja konsumen AS tumbuh +3,5%, sementara investasi bisnis meningkat +2,8%, didorong lonjakan investasi data center dan teknologi AI.
Pemerintah Siapkan Denda Lahan Ilegal dan Insentif Otomotif
Jaksa Agung ST Burhanuddin menyatakan bahwa pada 2026 pemerintah berpotensi mengenakan denda hingga Rp142,2 triliun kepada sektor perkebunan dan pertambangan terkait penggunaan lahan ilegal. Selain itu, sebagian lahan akan dipulihkan menjadi hutan dan dikelola kembali oleh negara.
Di sisi lain, Kementerian Perindustrian dikabarkan tengah mempertimbangkan insentif pembelian mobil 2026, termasuk kendaraan listrik. Menariknya, mobil listrik berbasis baterai NMC disebut berpeluang mendapat insentif lebih besar dibandingkan LFP, meski kebijakan ini masih menunggu kepastian resmi pemerintah.
Insentif Tax Holiday Berlanjut hingga 2026
Kementerian Keuangan juga tengah menyiapkan perpanjangan insentif tax holiday hingga 2026, dengan penyesuaian terhadap ketentuan pajak minimum global OECD sebesar 15%. Hingga Oktober 2025, tercatat 403 perusahaan telah menerima fasilitas tax holiday.
Secara keseluruhan, penguatan harga komoditas logam, ditopang oleh kebijakan moneter longgar, pertumbuhan teknologi AI, dan kebijakan domestik, membuka peluang sekaligus tantangan baru bagi perekonomian Indonesia dan global pada 2026.
