![]() |
Pengumuman Reshuffle Kabinet Merah Putih |
LintasPortal.com - Presiden Prabowo Subianto pada Senin (8/9) resmi mengganti Sri Mulyani Indrawati dari posisi Menteri Keuangan. Jabatan yang telah ia emban hampir 14 tahun dalam dua dekade terakhir itu kini diserahkan kepada Purbaya Yudhi Sadewa. Purbaya sebelumnya menjabat sebagai Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sejak 2020.
Pergantian pucuk pimpinan Kementerian Keuangan ini langsung direspons pasar keuangan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 1,28 persen ke level 7.767. Sementara itu, kurs rupiah non-deliverable forward (NDF) satu bulan melemah 1,07 persen menjadi Rp16.585 per dolar AS pada penutupan perdagangan sore hari.
Sebelum keputusan reshuffle diumumkan, rumor pengunduran diri Sri Mulyani sudah beredar sejak lama. Isu tersebut kembali mencuat pada akhir Agustus 2025 setelah terjadi aksi penjarahan rumahnya saat gelombang demonstrasi memuncak. Meski begitu, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi dalam konferensi pers menegaskan bahwa pencopotan Sri Mulyani sepenuhnya merupakan hak prerogatif Presiden.
Sri Mulyani dikenal luas sebagai simbol kredibilitas fiskal Indonesia. Menurut Bloomberg, perannya selama menjabat dinilai krusial dalam membantu Indonesia memperoleh dan mempertahankan peringkat kredit layak investasi (investment–grade credit ratings). Selama lebih dari satu dekade, ia menjadi tokoh utama yang menjaga disiplin fiskal di bawah tiga presiden berbeda.
Sementara itu, Purbaya Yudhi Sadewa bukan sosok baru di pemerintahan. Ia pernah menjabat sebagai Deputi di Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, serta staf khusus di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Sebelum masuk ke lingkaran pemerintahan, Purbaya berkarier di dunia riset dan pasar modal, di antaranya sebagai ekonom senior Danareksa Research Institute dan Direktur Utama PT Danareksa Sekuritas.
Bagi pelaku pasar, pergantian Menteri Keuangan ini menjadi sinyal yang harus dicermati. Respon negatif pasar mencerminkan kekhawatiran atas arah kebijakan fiskal ke depan. Investor disarankan memantau arus dana asing di pasar saham dan obligasi, pergerakan yield surat utang pemerintah, serta nilai tukar rupiah. Dalam jangka pendek, emiten konsumer dengan posisi keuangan kuat dan risiko mata uang rendah dapat menjadi pilihan defensif, sembari menunggu kepastian kebijakan fiskal yang akan dijalankan oleh Menteri Keuangan baru. (*)