Pemerintah Alihkan Ekspor Gas, Rupiah Melemah di 2026, dan BPJS Kesehatan Siap Naik pada 2026

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia

LintasPortal.com - Pemerintah Indonesia mengambil langkah strategis untuk menjaga ketahanan energi nasional dengan mengalihkan sebagian ekspor gas ke pasar domestik. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, menyampaikan pada Jumat (22/8) bahwa kebijakan ini ditempuh guna memenuhi kebutuhan dalam negeri, menyusul gangguan pasokan akibat kebakaran di salah satu jaringan pipa gas beberapa waktu lalu.

Bahlil menjelaskan, pemerintah telah menjadwal ulang ekspor gas yang terdampak meskipun belum merinci lebih lanjut terkait volume maupun negara tujuan yang mengalami penyesuaian. Ia menegaskan bahwa pasokan gas bumi yang disalurkan oleh PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) kepada industri, khususnya di wilayah Jawa Barat dan Sumatra, kini telah kembali normal sehingga aktivitas industri tidak lagi terganggu.

Dari sisi ekonomi makro, Bank Indonesia (BI) memproyeksikan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat pada tahun 2026 berada di kisaran Rp16.000–Rp16.500 per dolar AS. Proyeksi ini sedikit melemah dibandingkan perkiraan sebelumnya di kisaran Rp15.900–Rp16.400. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menyampaikan proyeksi tersebut dalam rapat bersama DPR pada Jumat (22/8).

BI juga mencatat perkembangan likuiditas perekonomian atau jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) pada Juli 2025 tumbuh sebesar 6,5% secara tahunan (year-on-year). Angka tersebut meningkat tipis dibandingkan pertumbuhan pada Juni 2025 yang tercatat 6,4% YoY. Pertumbuhan M2 ini ditopang oleh peningkatan uang beredar sempit (M1) sebesar 8,7% YoY serta uang kuasi yang naik 4,8% YoY.

Pertumbuhan jumlah uang beredar tersebut terutama dipengaruhi oleh meningkatnya aktiva luar negeri bersih yang tumbuh 7,3% YoY. Sementara itu, terjadi kontraksi pada tagihan bersih kepada pemerintah pusat sebesar 6,2% YoY. Data ini menunjukkan dinamika perekonomian nasional yang tetap terjaga meskipun terdapat tekanan dari sisi fiskal.

Di sisi lain, pasar komoditas global mencatat perkembangan menarik. Untuk pertama kalinya, importir India membeli minyak sawit dari Kolombia dan Guatemala. Reuters melaporkan bahwa kedua negara produsen di kawasan Amerika Latin tersebut menawarkan kargo dengan harga diskon besar karena kelebihan pasokan. Langkah ini berpotensi memberikan tekanan terhadap harga acuan minyak sawit berjangka di Malaysia.

Sementara itu, di dalam negeri, wacana kenaikan iuran BPJS Kesehatan juga memasuki tahap finalisasi. Anggota Dewan Jaminan Sosial Nasional (DJSN), Muttaqien, menyampaikan pada Kamis (21/8) bahwa pembahasan sudah berada di tahap akhir meskipun detail penyesuaian iuran belum dijelaskan. Sebelumnya, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, mengungkapkan bahwa penyesuaian tarif iuran BPJS Kesehatan direncanakan berlaku mulai tahun 2026, setelah dilakukan perhitungan bersama Kementerian Keuangan dan BPJS Kesehatan. (*)

Media Corner 16062025

Media Corner 16062025