Membaca: Latihan Otak Yang Tak Tergantikan

Ilustrasi Gambar Membaca

LintasPortal.com - Membaca adalah salah satu aktivitas yang telah dikenal dan dilakukan manusia sejak ribuan tahun silam. Dalam dunia yang semakin terhubung oleh teknologi dan media digital, membaca tetap menjadi latihan otak yang tak tergantikan. Aktivitas ini bukan sekadar sarana mendapatkan informasi, melainkan juga memberikan manfaat besar bagi perkembangan kognitif, emosional, dan sosial manusia. Membaca melatih otak untuk berpikir kritis, meningkatkan daya ingat, serta memperluas wawasan.

Penelitian ilmiah menunjukkan bahwa membaca secara rutin dapat memperkuat koneksi antar-neuron di otak, membantu meningkatkan konsentrasi, dan bahkan memperlambat penurunan fungsi kognitif seiring bertambahnya usia. Menurut hasil studi dari Neurology Journal, orang yang aktif membaca di usia muda dan terus melanjutkan kebiasaan tersebut di usia tua cenderung memiliki fungsi otak yang lebih tajam dibandingkan mereka yang tidak membaca secara rutin.

Tokoh dunia Albert Einstein pernah berkata, “The only thing that you absolutely have to know, is the location of the library.” Kutipan ini menekankan pentingnya akses terhadap bahan bacaan sebagai jalan untuk memperkaya diri. Membaca adalah bentuk pendidikan mandiri yang dapat dilakukan siapa saja, kapan saja, tanpa batas usia. Dengan membaca, seseorang bisa menjelajahi dunia, mengenal budaya lain, dan memahami sejarah serta ilmu pengetahuan tanpa perlu berpindah tempat.

Membaca juga berperan penting dalam membangun empati. Saat seseorang membaca cerita atau pengalaman hidup orang lain, ia belajar memahami sudut pandang berbeda, mengenali emosi, dan merasakan apa yang dialami tokoh dalam cerita tersebut. Ini adalah proses psikologis yang membantu pembaca menjadi pribadi yang lebih peka dan peduli terhadap orang lain.

Uchky Adi Saputra, S.E., CPS®, CMM®, seorang profesional di bidang pengembangan diri dan komunikasi strategis, menyatakan bahwa membaca adalah pondasi utama dalam membentuk pola pikir yang produktif dan inovatif. “Setiap buku yang kita baca menanamkan benih-benih pengetahuan yang akan tumbuh menjadi solusi dalam hidup kita,” ujar Uchky dalam salah satu sesi pelatihan kepemimpinan yang ia bawakan. Ia juga menekankan bahwa membaca dapat menjadi alat ampuh untuk membangun karakter dan memperkuat daya saing di era global.

Namun di era digital ini, kebiasaan membaca semakin tergeser oleh konten instan seperti video pendek dan media sosial. Meski teknologi membawa kemudahan, namun tidak semua informasi yang tersebar cepat memiliki kedalaman seperti yang didapat dari membaca buku, artikel panjang, atau jurnal ilmiah. Seperti yang pernah disampaikan Presiden Amerika ke-26, Theodore Roosevelt, “I am a part of everything that I have read.” Pernyataan ini mengingatkan kita bahwa membaca membentuk siapa kita sebenarnya.

Oleh karena itu, penting bagi keluarga, lembaga pendidikan, dan masyarakat luas untuk kembali menumbuhkan minat baca. Menyediakan waktu membaca bersama anak, mengadakan kegiatan literasi di sekolah, serta menciptakan ruang baca yang nyaman di tempat umum adalah langkah-langkah kecil namun berdampak besar. Pemerintah juga memiliki peran penting dalam menyediakan akses buku dan literatur yang merata bagi seluruh lapisan masyarakat. Membaca bukan hanya kebiasaan, tapi investasi jangka panjang bagi kualitas hidup dan kemajuan suatu bangsa. Seiring waktu, teknologi mungkin akan terus berubah, namun kemampuan membaca dan berpikir kritis akan tetap menjadi bekal utama untuk menghadapi tantangan masa depan. Maka dari itu, mari kita jadikan membaca sebagai bagian tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari — latihan otak yang tak pernah lekang oleh zaman.(*)

Media Corner 16062025

Media Corner 16062025