Foto: Seminar IWD |
Seminar yang juga diikuti oleh sekitar 160 partisipan secara daring (webinar) ini, memfokuskan pada permasalahan perempuan yang ditemukan selama pandemi dan juga solusi yang bisa ditawarkan untuk menanggulangi permasalahan tersebut.
Wiwik Afifah, salah seorang pembicara di seminar ini, mengatakan bahwa, di bidang ekonomi saja, banyak perempuan yang di PHK akibat pandemi.
"Perempuan sering kali hanya dianggap sebagai ‘pencari nafkah tambahan’ dan kemampuannya tidak dihargai di tempat kerja, sehingga menjadi sasaran empuk
PHK," ujarnya.
"Pandemi juga memunculkan temuan positif; perempuan juga mulai berdaya," imbuhnya.
Temuan tersebut ialah adanya beberapa kelompok perempuan yang mulai menanam sendiri bahan makanan untuk keluarga mereka.
Pemateri lainnya, Dr. Pinky Saptandari dosen kajian gender FISIP Unair mengatakan bahwa, menjadi diri yang berdaulat
membutuhkan otonomi.
"Diri, khususnya perempuan, perlu untuk memiliki otonomi keuangan, otonomi mobilitas, dan otonomi pengambilan keputusan. Jika otonomi telah dimiliki, maka menjadi diri yang bebas dan berdaulat dapat dicapai," jelasnya
Sementara itu, Perwakilan IWD Surabaya, Syska La Veggie mengatakan, betapa pentingnya dukungan orang sekitar. Selain itu, ia mengekspresikan perjuangannya melalui karya seni dan.
"Sebagai perempuan, penting bagi kita untuk mandiri, berjejaring, berdaya, sehingga kita mampu menghadapi tantangan yang akan datang," tegasnya. (*)