Meneguhkan Kebhinnekaan dalam Pengorbanan Alm. Riyanto: Banser Penjaga Gereja, Penjaga Kebhinnekaan

Foto: Banser Berdoa Di Makam Alm. Riyanto
LintasPortal.com - Sudah 20 tahun lalu seorang anggota Barisan Ansor Serbaguna Nahdlatul Ulama (Banser NU) bernama Riyanto di kota Mojokerto telah membuktikan aksi kemanusiaannya untuk menyelamatkan para jemaat Gereja Eben Haezer yang kala itu sedang mengikuti Malam Kebaktian Natal dari ledakan bom. 

Pada malam tersebut terdapat 2 Bom yang meledak didalam Gereja Eben Haezer dan Alm. Riyanto melindungi jemaat Gereja dengan mengorbankan dirinya saat kedua bom tersebut meledak. Aksi heroik Alm. Riyanto mampu memberikan inspirasi kepada banyak orang hingga kini.

Iryanto Susilo, pendiri Roemah Bhinneka sekaligus penggagas kunjungan dan ziarah ke makam Alm. Riyanto dan Gereja Eben Haezer mengatakan apabila kunjungan ziarah kali ini adalah aksi untuk melawan lupa aksi pembelaan kebhinnekaan dan kemanusiaan yang dilakukan oleh Alm. Riyanto 20 tahun yang lalu.

Para peziarah lebih dari 50 orang tersebut tetap antusias menghadiri makam Alm. Riyanto dengan protokol kesehatan penuh dari Satgas COVID-19 kota Mojokerto hingga dibagi tiga kelompok untuk masuk dan keluar bergantian di lingkungan makam tersebut, dikarenakan makam tersebut kecil dan tidak dapat dimasuki banyak orang.

Kelompok pertama adalah Perhimpunan Indonesia Tionghoa Jawa Timur (INTI Jatim), kemudian kelompok kedua dari Roemah Bhinneka dan lintas agama, dan kelompok ketiga dari perkumpulan Alumni SMA/K Surabaya Bersatu (ASSB) dan HumanityforAll.

Saat Roemah Bhinneka memasuki lingkungan makam Alm. Riyanto, Gus Ipung selaku Ketua Pimpinan Cabang Ansor Kota Mojokerto menyambut rombongan dan menceritakan kronologi peristiwa yang dilakukan oleh Alm. Riyanto serta bercerita sosok pribadi Alm. Riyanto semasa hidupnya. "Saya sungguh bersyukur, 20 tahun sudah berlalu tentang apa yang dilakukan oleh Alm. Riyanto namun tetap membawa semangat untuk melawan lupa bagi para rombongan yang hadir di sini.", ujar Gus Ipung.

"Sosok Riyanto adalah sosok yang membawa warna lain di Banser dari hidup sampai meninggalnya. Riyanto adalah wujud Banser yang benar-benar menunjukkan toleransinya terhadap kemanusiaan dan kebhinnekaan." tambah Gus Ipung

Gus Ipung juga menambahkan bahwa K. H. Abdurrahman Wahid (biasa disebut Gus Dur) ketika menjadi Presiden, pernah ke makam alm. Riyanto ini untuk berziarah.

Selain Gus Ipung, Pdt. Andri Purnawan dari GKI Darmo Satelit Surabaya sekaligus mewakili Roemah Bhinneka menyampaikan apa yang dilakukan oleh Alm. Riyanto adalah benar-benar tindakan seorang pahlawan.

Jikalau dibandingkan dengan peristiwa Bom Surabaya tahun 2018, para "korban" bom tersebut adalah tetap sebagai "korban peristiwa" bom tersebut namun tidak pada sosok Alm. Riyanto. "Bagaimanapun Riyanto adalah sosok yang dengan sengaja mau mengorbankan dirinya demi orang lain, mirip seperti Yesus Kristus yang dengan sengaja rela menyerahkan nyawanya bagi orang lain tanpa memandang suku, agama, ras, dan golongannya." ungkap Pdt. Andri Purnawan.

Tak hanya berhenti di situ saja, rombongan yang juga terdiri dari PC Ansor Mojokerto, Satkorcab Banser Kota Mojokerto, GUSDURian Mojokerto, GUSDURian Sidoarjo, GUSDURian Gerdu Surabaya, GKJW Jemaat Wates Mojokerto, perwakilan Umat Buddha Surabaya, perwakilan umat Katolik dari Paroki St. Stefanus Surabaya, dan masih banyak lainnya, acara ditutup dengan menabur bunga di pusara makam Alm. Riyanto.

Setelah tabur bunga, dengan alasan protokol kesehatan juga, rombongan dipisah menjadi dua kelompok dan saling bergantian mengunjungi. Ada kelompok yang melanjutkan perjalanan ke rumah orang tua Alm. Riyanto dan ada pula kelompok yang langsung ke Gereja Eben Haezer.

"Ketika Kebaktian Malam Natal 20 tahun yang lalu, saya tidak menyangka bahwa setidaknya ada 2 bom yang akan meledak di gereja ini. Pertamanya tidak ada yang curiga kalau ada orang yang menaruh benda semacam kotak di lantai bangku bagian belakang sampai-sampai seorang Riyanto yang peka dan mengecek kotak tersebut dan ia segera mengambil dan berlari ke selokan. Namun nahas, sebelum sampai di selokan, bom tersebut sudah meledak.", demikian cerita Pdt. Rudy menyambut rombongan di Gereja Eben Haezer. 

"Ketika bom yang berada di bagian bangku belakang sudah meledak, para jemaat sudah keluar dari gereja mengamankan diri masing-masing, tetapi rupanya masih ada 1 bom yang belum meledak di bangku bagian depan dan meledak ketika sudah tidak ada jemaat lagi. Saya tidak bisa membayangkan kalau tidak ada sosok Riyanto pada waktu itu.", tambah Pdt Rudy

Di rumah orang tua Alm. Riyanto, para rombongan juga diterima dengan sangat baik. Orang tua Alm. Riyanto juga merasa bahagia dan bangga apabila anaknya dapat menjadi contoh kemanusiaan dan kebhinnekaan ini.

Menurut Pdt. Andri Purnawan yang juga mewakili Roemah Bhinneka, memberikan suatu renungan bahwa apa yang dilakukan oleh kedua orang tua Alm. Riyanto adalah mirip seperti Bunda Maria yang rela dan ikhlas bahwa Anaknya (Yesus Kristus) menyerahkan nyawa-Nya untuk orang lain. Iryanto Susilo mewakili rombongan dan Roemah Bhinneka juga memberikan santunan kepada keluarga Alm. Riyanto, 

Banyak harapan yang ingin dikerjakan setelah kunjungan ini. Gatot Seger Santoso selaku Ketua Perhimpunan INTI Jawa Timur misalnya mengatakan apabila perlu ada museum kemanusiaan Riyanto yang bisa menjadi ikon kota Mojokerto.

Senada dengan Gatot, Iryanto Susilo juga berharap bahwa perlu ada memori kolektif bersama yang dibangun dimulai dari masyarakat lokal hingga nasional bahwa Alm. Riyanto bukan hanya sebagai pahlawan nasional saja melainkan sebagai pahlawan dan simbol perlawanan terhadap intoleransi dan diskriminasi demi terwujudnya kemanusiaan dan kebhinnekaan. Tentu hal ini perlu melibatkan peran warga dan kehadiran negara pula. (dm/lp*)