PSI: Eri-Armudji Kuasai Debat Berbasis Data dan Fakta di Debat Perdana Pilwakot Surabaya

 

Foto: Suasana Ruangan Debat Publik

LintasPortal.com -  Debat Publik perdana Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Surabaya 2020 diselenggarakan di Hotel JW Marriot pada pada Rabu (4/11/2020) sejak pukul 10.00 WIB. Tema yang dibahas malam ini adalah “Menjawab permasalahan dan tantangan Kota Surabaya di era pandemi COVID-19”.

KPU Kota Surabaya menerapkan protokol kesehatan yang ketat pada debat pertama ini, mulai dari pemeriksaan suhu tubuh, penyediaan cuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer, masker dan face shield dan pemberian jarak antar pendukung di ruangan debat. Selain itu, dua pasangan calon (paslon), Eri Cahyadi-Armudji dan Machfud Arifin-Mujiaman Sukirno, dibatasi hanya boleh membawa enam orang pendukungnya supaya tidak membuat kerumunan orang. 

Pada segmentasi debat terkait sektor kesehatan publik,  Pada kesempatan ini Calon Wali Kota (Cawali) nomor urut 1, Eri Cahyadi secara spesifik bertekad membangun wisata kesehatan di Kota Surabaya. Eri menegaskan potensi itu dimungkinkan, karena kuantitas dan kualitas dokter, tenaga kesehatan, dan rumah-rumah sakit di Kota Pahlawan saat ini sudah mumpuni. 
"Saya berniat jadikan Surabaya tempat wisata kesehatan, semua masalah kesehatan dapat diselesaikan, termasuk masyarakat miskin, juga masyarakat yang punya masalah tidak ke luar negeri tapi juga ke rumah sakit (di Surabaya). Kita perlu ketahui tenaga Surabaya bisa selesaikan apapun," jelas Eri.

Sementara Cawali nomer urut 2, Machfud Arifin secara normatif menjanjikan peningkatan kualitas layanan kesehatan, tanpa menyebutkan lebih detail bagaimana. Selain itu, Machfud terlihat lebih fokus untuk menyampaikan kritik-kritik terhadap kinerja pemerintah kota yang diklaimnya masih rendah dan kurang, seperti misalnya kasus stunting, membantah pernyataan Eri bahwa Surabaya sudah bebas stunting.

“Saya lihat video Pak Eri klaim bahwa Surabaya sudah bebas stunting. Saya bantah itu, karena dari pengamatan saya berkeliling selama 10 bulan terakhir ke pelosok-pelosok Surabaya masih ada kasus gizi buruk atau stunting. Jangan bohongi warga Surabaya,” bantah Machfud.

Sedangkan anggota Komisi D DPRD Kota Surabaya dari Fraksi PSI, Tjutjuk Supariono, yang mengaku menonton debat dari awal sampai akhir melihat bahwa Eri-Armudji “menang kelas” dibandingkan paslon nomor urut 2, MA-Mujiaman. 

“Dari yang saya amati, terlihat memang pasangan Eri-Armudji performanya di atas paslon MA-Mujiaman di debat perdana ini, menang kelas kalau saya bilang. Jawabannya sangat to the point dan berbasis data statistik serta fakta observasi lapangan, ya bisa jadi karena keduanya sudah terlibat dalam pembangunan Surabaya sebagai birokrat eksekutif dan legislatif mendampingi Bu Risma selama dua periode,” ujar Tjutjuk saat dikonfirmasi Rabu (4/11/2020) malam.

Sebagai legislator di bidang kesejahteraan rakyat yang mencakup sektor kesehatan, Tjutjuk memberikan contoh soal stunting yang dikritik Machfud sebagai salah data. Ia juga memberikan pandangan terkait gaya paslon nomor 2 yang cenderung ofensif setiap saat.

“Kalau pak Machfud dan Mujiaman, ya nuwun sewu, cenderung menyerang saja tanpa landasan data, cuman nyebut pengamatan selama blusukan 10 bulan terus-menerus yg saya perhatikan. Lha susah to ngukur validitasnya kalau main klaim saja tanpa data, angka dan kewilayahan. Kasus stunting itu masuk bidang saya di Komisi D, sepengetahuan saya yang disebut pak Machfud itu kasus yang terjadi di luar wilayah Surabaya, yang mungkin berbatasan dengan wilayah administrasi Kota Surabaya, jadi disebut sebagai kasus di Surabaya. Lagian semua kok disalahkan kayak ndak ada benarnya saja kerja Bu Risma dan jajarannya. Kritik boleh tapi mbok ada apresiasinya juga dong,” pungkas Sekretaris Fraksi PSI DPRD Kota Surabaya ini. (qq/lp)