Harga Emas Diramal Bakal Tembus Rp 2,2 Juta/gram, Kapan Nih?

Foto: Ragam Emas (Sumber: Reuters)
LintasPortal.com - Sejumlah analis komoditas emas memprediksi harga logam mulia ini di pasar global bisa tembus US$ 4.000-5.000/troy ons seiring dengan minat investor membenamkan dana mereka membeli emas di tengah ketidakpastian ekonomi.

Pertama, ramalan datang dari Rob McEwen. Chairman McEwen Mining, perusahaan tambang emas di Kanada, itu memproyeksikan harga emas bisa tembus ke US$ 5.000/troy ons karena popularitasnya semakin meningkat di kalangan investor ritel.

Dalam sebuah wawancara dengan Kitco News dia mencontohkan pergerakan saham-saham teknologi AS yang sangat populer dan mengalami kenaikan harga yang sangat tinggi.

Ia juga menyoroti soal utang pemerintah yang menjadi sangat bengkak, sehingga emas menjadi salah satu alternatif untuk investasi yang menarik.

"Beban utang saat ini cukup menakutkan di AS dan banyak negara lain di seluruh dunia sebagai akibat dari apa yang terjadi, terkait dengan Covid. Ada ambang batas ketika utang terhadap PDB mencapai 130%, ada kemungkinan gagal bayar yang sangat nyata," katanya dikutip Kitco, Jumat (13/11/2020).

Proyeksi berikutnya datang dari Ole Hanson, Kepala Strategi Komoditas di Saxo Bank. Alasannya, menurut dia, meski virus corona pada akhirnya nanti bisa diredam, tapi kondisi perekonomian diperkirakan tidak akan langsung bisa pulih, sebab sudah terjadi kerusakan yang masif.

"Virus bisa hilang, tetapi bukan berarti perekonomian akan pulih dengan cepat. Sudah terjadi banyak kerusakan yang tidak bisa diperbaiki dengan cepat," kata Ole Hanson.

Ketidakpastian akibat Covid-19 yang masih tinggi ini memicu ramalan harga emas bisa melesat lagi. Hansen merupakan analis yang memprediksi harga emas akan melesat ke US$ 4.000/troy ons dalam beberapa tahun ke depan.

Berikutnya, analisis hadir dari salah satu perusahaan trading di Asia, WingCapital Investment. Besarnya stimulus fiskal yang digelontorkan dinilai akan berakibat membengkaknya utang Amerika Serikat.

Besarnya rasio utang terhadap PDB AS menjadi salah satu faktor yang bisa membawa emas kembali melesat.

"Secara historis kami melihat rasio utang terhadap PDB memiliki korelasi yang lebih besar dibandingkan dengan balance sheet [neraca] bank sentral AS [terhadap harga emas]," tulis analis WingCapital yang dikutip Kitco.

Dengan kondisi saat itu, harga emas diprediksi akan mencapai US$ 3.000/troy ons dalam 3 tahun ke depan.

Satu troy ons, mengacu aturan di pasar, setara dengan 31,1 gram, sehingga besaran US$ 5.000/troy ons itu artinya dikonversi dengan membagi angka tersebut dengan 31,1 gram, hasilnya US$ 161 per gram. Dengan asumsi kurs Rp 14.000/US$, maka harga emas bisa mencapai Rp 2,25 juta/gram.

Adapun untuk level harga US$ 4.000/troy ons, secara rupiah bisa mencapai Rp 1,8 juta/gram, sementara level US$ 3.000/troy ons setara Rp 1,35 juta/gram.

Mengacu data Revinitif, setelah longsor 4,6% dalam sehari di awal pekan ini akibat kabar positif vaksin Pfizer, harga emas ternyata belum kembali ke level psikologis US$ 1.900/troy ons. Harga logam kuning itu bergerak di rentang yang sempit sepanjang pekan ini.

Kamis pagi kemarin (12/11/2020), harga emas di arena pasar spot menguat 0,34% dibanding posisi penutupan Rabu.

Pada 08.55 WIB Kamis kemarin, harga bullion ini dipatok di US$ 1.871,06/troy ons. Untuk periode 9-11 November harga emas bergerak di rentang US$ 1.861 - US$ 1.876.

Adapun data Kitco pada Kamis malam pukul 22.26 WIB, disebutkan harga emas di pasar spot masih rendah US$ 1.878, turun 0,73%.

Meski anjlok tajam di pekan ini, para analis masih belum merubah proyeksi harga emas masih akan melesat naik memecahkan rekor tertinggi sepanjang masa. Ada yang memprediksi emas dunia akan mencapai US$ 3.000/troy ons, hingga US$ 5.000/troy ons sebagaimana dijelaskan sebelumnya.

Sejumlah analis tersebut melihat pada periode sebelumnya ketika emas mencapai rekor tertinggi sepanjang masa US$ 1.920/troy ons pada September 2011, reli tersebut berakhir ketika laju kenaikan rasio utang terhadap PDB AS mulai menurun.

Negeri Paman Sam masih akan menggelontorkan stimulus fiskal lagi, yang pembahasannya mandek akibat pemilihan presiden 3 November lalu.

Presiden terpilih AS, Joseph 'Joe' Biden dari Partai Demokrat diperkirakan akan menggelontorkan stimulus fiskal lebih besar ketimbang Donald Trump.

Sederhananya, semakin besar stimulus artinya semakin banyak uang yang beredar di perekonomian, secara teori dolar AS akan melemah. Saat dolar AS melemah harga emas akan menjadi lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga permintaan berpotensi meningkat, harganya pun naik.

Di Indonesia, harga emas batangan produksi PT Aneka Tambang (Antam) Tbk. turun lagi pada perdagangan Kamis kemarin, tertahan di level terendah dalam hampir 4 bulan terakhir.

Harga emas dunia yang kembali melemah pada perdagangan Rabu menyeret terus harga logam mulia di dalam negeri.

Melansir data dari situs resmi milik PT Antam, logammulia.com, emas batangan satuan 1 gram hari ini dibanderol Rp 968.0000/batang, melemah 0,21% dibandingkan harga Rabu.

Dengan demikian, dalam 3 hari terakhir emas Antam satuan 1 gram sudah ambrol 3,78%, dan berada di level terendah sejak 21 Juli lalu.

Sementara itu, satuan 100 gram yang biasa jadi acuan dihargai Rp 91.012.000/batang atau Rp 910.120/gram, turun 0,22%.

Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/market/20201112221348-17-201518/harga-emas-diramal-bakal-tembus-rp-22-juta-gram-kapan-nih