CT Caplok Saham Bank Harda, Kalbe Lepas Saham Extra Joss

 

Foto: Chairul Tanjung (Sumber: CNBCIndonesia.com)

LintasPortal.com - Ketidakpastian pasar menjelang Pemilihan Presiden di Amerika Serikat pada 3 November membuat pasar saham dalam negeri ikut terkoreksi.

Pada Senin awal pekan, 2 November 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 0,25% ke level 5.115,12 poin dengan nilai transaksi Rp 9,56 triliun. Pelaku pasar asing melakukan jual bersih senilai Rp 496,30 miliar.

Beberapa saham yang banyak ditransaksikan antara lain, TLKM (Telkom), ANTM (Aneka Tambang), BHIT (MNC Investama), UNVR (Unilever) dan BBCA (Bank Central Asia).

Sebelum memulai perdagangan Selasa ini, (3/11/2020), cermati aksi dan peristiwa emiten berikut ini yang dihimpun dalam pemberitaan CNBC Indonesia:

1.Chairul Tanjung Caplok 73,7% Saham Bank Harda Internasional

Pengusaha nasional Chairul Tanjung melalui PT Mega Corpora mengakuisisi PT Bank Harda Internasional Tbk (BBHI).

Dalam akuisisi ini, pemegang saham BBHI yakni PT Hakimputra Perkasa menjual 3,08 miliar saham atau 73,71% saham ke PT Mega Corpora, perusahaan milik Chairul.

Dalam keterbukaan informasi yang disampaikan ke BEI, disebutkan Mega Corpora akan menjadi pihak yang akan mengambilalih. "Mendukung kebijakan perbankan di Indonesia dan akan mengembangkan perseroan untuk menjadi bank sesuai dengan ketentuan yang berlaku baik dari segi operasional maupun permodalan," sebut surat perjanjian antara kedua pihak, yang dipublikasi di BEI, Senin (2/11/2020).

2.Soal Nasib Nasabah Wanaartha Life, Begini Respons OJK

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan belum bisa memberikan informasi lanjutan terkait dengan nasib nasabah atau pemegang polis PT Asuransi Jiwa Adisarana Wanaartha (Wanaartha Life) mengingat pembahasan terkait suntikan modal dan proses hukum masih berjalan.

Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non Bank (IKNB) OJK Riswinandi mengatakan pihaknya sudah melakukan beberapa kali diskusi dengan pemegang saham dan manajemen perusahaan asuransi jiwa tersebut.

Namun pemegang saham belum bisa memberikan respons terkait dengan penambahan modal perusahaan.

"Wanaartha sudah beberapa kali diskusi, pemegang saham belum bisa kasih respons gimana tambahkan modal, proses hukum masih berlaku kita masih amati [proses] sedang berjalan," katanya dalam konferensi pers virtual OJK di Jakarta, Senin (2/11/2020).

3.Izin Usaha Dicabut OJK, Leasing Ini Bakal Terdepak dari BEI?

Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan telah memperpanjang suspensi saham emiten multifinance PT First Indo American Leasing Tbk (FINN) atau First Finance.

Emiten ini sebelumnya telah dibekukan kegiatan usahanya sejak 27 Februari 2020, kemudian Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencabut izin usaha perseroan pada 20 Oktober 2020.

Menurut Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna Setia, saham First Indo American Leasing telah disuspensi sejak tanggal 9 Desember 2019 dan PKPU (Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang) perseroan telah memperoleh persetujuan homologasi (pengesahan hakim) dari Pengadilan Niaga Jakarta Pusat.

Namun demikian, kata Nyoman, mengingat adanya pembekuan kegiatan usaha perseroan sejak 27 Februari 2020, Bursa melakukan perpanjangan suspensi efek perseroan.

"Terkait dengan pencabutan kegiatan usaha, Bursa telah menyampaikan permintaan penjelasan dan akan melakukan evaluasi atas tanggapan permintaan penjelasan yang disampaikan Perseroan sebelum Bursa melakukan tindakan lebih lanjut," kata Nyoman, Senin (2/11/2020).

4.Kalbe Farma Lepas Kepemilikan Produsen ExtraJoss di Filipina

Emiten farmasi, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), melepas kepemilikan saham perseroan di perusahaan entitas anak yang beroperasi di Filipina, Asiawide Kalbe Philippines Inc (AKPI).

Dalam pengumuman yang disampaikan Corporate Secretary Kalbe, Lukito Kurniawan Gozali di laman keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Senin (2/11/2020), AKPI adalah salah satu entitas anak yang 49,99% sahamnya dimiliki oleh perusahaan secara tidak langsung sejumlah 714.229 saham melalui Kalbe International Pte. Ltd.

"Pada 28 Oktober KI mengalihkan seluruh sahamnya di dalam AKPI kepada ARC Holdings Inc. Corporation sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak melalui perjanjian jual beli saham dengan harga transaksi sejumlah PhP7.142,32," ungkap Kurniawan Gozali.

Menurut Kurniawan, transaksi ini tidak berdampak material terhadap operasional maupun kondisi keuangan perusahaan.

Seperti diketahui, AKPI adalah perusahaan patungan yang dibentuk perseroan pada 2010 dengan ARC Holdings untuk penjualan produk minuman energi serbuk, ExtraJoss.

Melalui divisi Kalbe Internasional, perseroan juga merambah di 11 negara lainnya seperti Singapura, Kamboja, Malaysia, Myanmar, Sri Lanka, Afrika Selatan, Nigeria, Thailand dan Uni Eropa dengan beragam merek dagang.

5.Dihantam Covid-19, Laba BSD Anjlok 80% jadi Rp 469 M

Emiten properti Grup Sinarmas, PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), mencatatkan penurunan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk 79,69% menjadi Rp 469,55 miliar sampai dengan September 2020. Pada tahun lalu, perseroan masih membukukan laba Rp 2,31 triliun.

Mengacu laporan keuangan perseroan yang dipublikasikan, Senin (2/11/2020), pendapatan usaha BSDE tercatat turun 18,18% menjadi Rp 4,27 triliun dari sebelumnya Rp 5,23 triliun.

Secara rinci, pendapatan usaha ini dikontribusi dari penjualan tanah dan bangunan Rp 3,15 triliun, turun dari tahun lalu Rp 3,74 triliun. Penurunan pendapatan juga terjadi di bisnis hotel dengan pendapatan Rp 13,54 miliar dari sebelumnya Rp 45,57 miliar.

Demikian halnya pendapatan dari arena rekreasi yang susut jadi Rp 9,33 miliar dari tahun sebelumnya Rp 48,70 miliar. Sedangkan, pendapatan dari pengelolaan gedung juga turun menjadi Rp 19,62 miliar dari Rp 32,58 miliar pada kuartal III-2019.

6.Induk Usaha Properti James Riady Rugi Rp 2,3 T di Q3-2020

Emiten properti grup Lippo, PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR), membukukan kerugian bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 2,34 triliun pada periode sembilan bulan pertama tahun ini. Kerugian tersebut lebih dalam dari periode sama tahun lalu Rp 1,72 triliun.

Sampai dengan September, tercatat pendapatan emiten bersandi LPKR ini hanya naik 0,24% secara tahunan menjadi Rp 8,58 triliun dari sebelumnya Rp 8,56 triliun.

Secara rinci, pendapatan ini disokong dari beberapa segmen usaha, yakni, real estate development yang meningkat dari Rp 1,62 triliun menjadi Rp 2,36 triliun. Di segmen ini, penjualan apartemen, rumah hunian dan rumah toko memberikan andil yang terbesar, yakni Rp 1,37 triliun dan Rp 482,78 miliar.

Sementara itu, beban pokok pendapatan LPKR turun 0,24% menjadi Rp 5,26 triliun dari Rp 5,27 triliun. Dengan demikian, laba bruto LPKR adalah senilai Rp 3,22 triliun, sedikit lebih baik dari tahun lalu Rp 3,19 triliun.

Namun, karena beban usaha mengalami peningkatan disertai beban lainnya, maka, pada sembilan bulan pertama tahun ini, perseroan membukukan rugi usaha sebesar Rp 622,88 miliar meski lebih rendah dari rugi usaha Rp 902,41 miliar per September 2019.

7.5 Oktober 2020, Restrukturisasi Kredit Bank Capai Rp 914,7 T

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, hingga 5 Oktober 2020 jumlah restrukturisasi kredit di perbankan Indonesia mencapai Rp 914,65 triliun. Jumlah kredit tersebut berasal dari 7,53 juta debitur.

Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso, mengatakan nilai tersebut terdiri dari restrukturisasi di sektor UMKM dan non-UMKM.

Di sektor UMKM nilainya mencapai Rp 361,98 triliun dari 5,88 juta debitur. Sedangkan dari non-UMKM jumlah kredit yang direstrukturisasi nilainya mencapai Rp 552,69 triliun dari 1,65 juta debitur.

"Sementara untuk restrukturisasi pembiayaan dari perusahaan pembiayaan hingga 27 Oktober sudah mencapai Rp 177,66 triliun dari 4,79 juta kontrak," kata Wimboh, dalam dalam paparannya secara virtual di Jakarta, Senin (2/11/2020).

Sumber: https://www.cnbcindonesia.com/market/20201103074342-17-198822/ct-caplok-saham-bank-harda-kalbe-lepas-saham-extra-joss